Tentang 'Koma' (2/2)

/
0 Comments

 

I Love my Country; Antara Proses dan Hasil (2/2)


Pertimbangkan potensi kita sekarang ini.  Kita punya banyak ilmuwan, budayawan, rohaniawan, bahkan negarawan; baik di luar maupun di dalam negeri.  Kita punya usahawan inovatif yang me-regional dan meng-internasional.  Sistem pemerintahan kita jadikan salah satu best-practice di negara lain (keluarga berencana misalnya, penanganan konflik, dan lainnya).  Ide-ide cemerlang banyak diciptakan oleh anak negeri ini: Habibie dengan "Crack Theory"-nya di bidang aeronautika dan konsepnya dibidang ekonomi yang beberapa pengamat menyebutnya "Habibienomics"; konsep yang membalik pola pembangunan teknologi.  Kita punya dua-dua potensi pembangunan bangsa; keunggulan komparatif dan kompetitif.

Merangkum dalam kerangka 'proses' tersebut, maka ide, pikiran, atau tindakan seefektifnya dan sebaiknya digunakan untuk mendorong 'proses' ini ke 'hasil'.  Mari kita nikmati 'proses', baik dengan menghujat atau tidak menghujat, memaki atau tidak memaki, dalam kerangka 'proses'.  Kenapa, misalnya, film 'Laskar Pelangi' banyak orang hingga menontonnya beberapa kali?  Kenapa pula kita harus begadang nonton piala dunia sepakbola misalnya, padahal hasilnya bisa dibaca dan ditonton di pagi hari?  Karena kita menikmati 'proses'!



Jadi, efektifnya, mari kita gerakkan 'proses' membesarkan Indonesia ini.  Memanglah masih tetap akan muncul dan kita hadapi yang namanya korupsi, pembangunan dan penggusuran tak senonoh masih akan muncul, sejumlah pembiaran terhadap perilaku tak 'reformis' mungkin belum punah.  Dalam project management ada istilah 'waktu kritis' dan 'waktu terbuang'.  Kita fokus ke 'waktu kritis', serta mengantisipasi 'waktu terbuang'.  Sementara dalam bidang studi engineering ada prinsip 'allowance', perbedaan antara ideal perhitungan terhadap hasil lapangan.  Semua persis masuk dalam kerangka pemikiran pembangunan.  Lagi-lagi pertanyaannya; "efektifkah kita?".

Last but not least, kita sekarang dalam 'proses' yang 'membangun' dan 'menata' setelah 'membongkar' dengan reformasi.  Tidak efektif kalau kita buat lingkaran tertutup dari 'proses' kembali ke 'pembongkaran'.  Tapi dari 'proses' dapat menjadi umpan-balik untuk proses pembongkaran yang efisien.  Yang pada akhirnya menuju 'pembangunan' besar Indonesia yang disegani.  Yang warganya dengan bangga mengatakan kepada dunia: "Aku orang Indonesia!".


Makassar, 3 April 2009


You may also like