Sederhananya adalah Tanda Baca

/
0 Comments


Sederhananya, titik dan koma adalah tanda baca. Selain itu tidak. Tidak? Yah, karena begitulah selama ini diketahui dan dipahami; demikianlah hari-hari kita berjalan bersama identitas yang dipikul oleh titik dan koma tersebut. Jadi, kalau begitu, memang begitulah titik apa adanya. Titik!

Betul, "Titik!". Perintah tersebut dengan serta merta menarik seluruh gerbong besar manufacture of our mind and mental menjadi berhenti. Terminal terjangkau. Misi selesai. Yah, titik adalah "selesai". End of state; problem solved; Box has been defined!


Bagaimana kalau ternyata di hari berikutnya, atau jam berikutnya, atau mungkin menit berikutnya, atau bisa jadi detik berikutnya, atau malah dalam seper- (seribu, sejuta, semilyar) detik berikutnya tiba-tiba muncul hal lain, sesuatu yang mungkin baru atau kombinasi baru dari lama-baru, atau lama-lama-baru, atau baru-baru? Terjadi pembelokan; muncul terminal-antara? Ternyata, dalam seper-berapa detik itu "tedenggg"; posisi titik goyah; titik bergetar, dia melompat. Apa yang terjadi? Kalau begitu bagaimana mi dengan kalimat? Sederhana; ternyata "koma" cuma muncul dan mau bilang "titik, kayaknya saya dulu disitu!". Dan si "titik" dengan segala kebingungannya bertanya dengan dengan segenap kapasitas ketidak-pastiannya, "jadi posisi saya dimana?"... Dengan enteng, si koma menjawab "ikutlah dengan saya, jangan tanya terminal; karena engkau adalah tandem-ku, pasanganku, dan tanpa engkau saya tidak ada apa-apanya...".

Kira-kira, penggalan tanya-jawab pendek di atas merupakan falsafah tulisan lepas dan banyak terinsipirasi ketika duduk-duduk sambil angkat kaki seraya nyeruput kopi di warung kopi. Yah di warung kopi, banyak dijumpai "titik" yang sebenarnya terus mencari pasangannya "koma".

Selamat ngopi!


You may also like