Bermula dari Titik dan Koma (1/2)

/
0 Comments


Titik dan koma adalah tanda baca yang setiap hari, setiap jam, bahkan setiap menit mengelilingi kita; apakah kita mendatangi atauk didatangi/ditayangkan.  Titik dan koma adalah sesuatu yang lumrah, sebegitu lumrahnya sehingga luput untuk ditimbang-timbang, dipikirkan, direnungkan. Artinya diabaikan.  Kenapa diabaikan?  Karena dia sesuatu yang lumrah; keseharian kita?  Apakah fungsinya, sehingga tidak sekonyong-konyong membuat kita bisa berhenti memikirkan sesuatu yang lain tapi mencoba menimbang-nimbang; menimbang-nimbang mereka mulai mendorong kita, ya apakah fungsinya titik dan koma itu?


Dalam pelajaran bahasa, sejak kelas satu di Sekolah Dasar pelajar sudah diajarkan tentang fungsi titk dan koma. Setidaknya ada sepuluh fungsi titik (lihat Wikipedia) Titik untuk perhentian sebuah kalimat pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan; koma untuk perhentian sejenak sebelum kalimat dilanjutkan.  Titik untuk melengkapi, dan koma untuk menghela nafas, memikirkan kelanjutan kalimat, mempertimbangkan hierarki kalimat.  Tanpa titik maka tidak kalimat; kehilangan koma, maka kalimat menjadi datar, sederhana, dan bisa monoton.


Bagaimana kalau titik tidak ada dalam sebuah kalimat?  Kumpulan kata-kata tidak akan mempunyai arti; huruf-huruf yang membentuk kata, dan kata-kata yang berkelompok mengambang;  massa mengambang.  Tidak rada kesimpulan dapat ditarik, kerangka pikiran tidak terbentuk; kalimat menjadi non-exist.  Jadi titik yang simbolnya bulat-kecil yang tidak lebih menonjol dibanding kumpulan kata-kata, tapi justru menjadi penutup sekaligus pelengkap kalimat; justru menjadi penentu bagi kata-kata untuk menjadi berada.  Kenapa titik tidak dibuat bentuknya menjadi misalnya tanda bintang dan lebih besar sehingga jelas tampaknya; sehingga lebih besar dan lebih menonjol dari kumpulan kata-kata?  Kenapa titik begitu kecil bentuknya dibandingkan huruf-huruf lain pembentuk kata, pembentuk wacana pikir, dan pembentuk paradigma, sehingga secara fisik, secara penampakan, cenderung tidak-terlihat, perhatian tidak terfokus kepadanya?


Semantara, disimpan dululah masalah titik; untuk menghela nafas dan melihat kerangka-pikir lain yang berhubungan dan berkolega dengan titik: koma.  Maka tengoklah koma.  Posturnya juga mirip-mirip titik; kecil.  Yang membedakan, koma memiliki ekor kecil menghadap ke-kiri.  Apa pula fungsinya? Koma meminta kita untuk berhenti sejenak, menghela nafas.  Koma memilihkan kita untuk dapat memikirkan kelanjutan kalimat, ataupun untuk menimbang-nimbang hierarki atau penjenjangan kalimat.  Koma menciptakan apa yang disebut anak kalimat, dan induk kalimat.  Koma melahirkan kelompok.  Koma membangun dan mengekspresikan konsep pemikiran kita, mulai dari yang sederhana ke sederhana ke sederhana-yang-lain, lalu menuju ke kompleksitas.  

(Bersambung)


You may also like