Berproses dengan 'Koma' (3/3)

/
0 Comments


Ketika tulisan di blog ini saya posting di status fesbuk, seorang sahabat saya berkomentar: tidak ada habis-habisnya bicara tentang titik-koma.  Begitu inti komentarnya.  Komentar sahabat saya, Semuel, sederhana tapi ternyata mendasar.  Bagian ke-3 dari judul ini adalah untuk mendiskusikan komentar sahabat saya.

Di bagian-2 diuraikan, pesan sebagai suatu kerangka pikir/nalar/ide bisa menjadi terminal pertemuan pemahaman-sama si penulis-pembaca, atau jadi tempat pemahaman-tidak-sama.  Dinamika ini  --tarik/menarik, desakan/hindaran, perluasan/penyempitan titik-temu, salah satunya, terjadi karena keterikatan kita dengan kerangka-waktu.  Ada masa lalu, kini, dan akan datang.  Salah-duanya, adalah menyangkut system mind-framing; yang menurut Thomas Kuhn, kita dalam system yang namanya "bounded-rationality" atau kira-kira rasionalitas-yang-terbatas. 

Untuk hal pertama, masa lalu, atau sejarah adalah bukti-bukti bagi kita, untuk memproses kebutuhan kekinian, sebagai usaha untuk membangun petunjuk-petunjuk masa depan untuk dibaca, dimengerti, dan ditanggapi.  Ini adalah proses; bukti (masa lalu), diproses (masa kini), menjadi petunjuk (masa depan).  Proses ini menyimpan dinamika, dan dinamika adalah milik perubahan.  Apakah di setiap dinamika selalu ada perubahan?  Tidak juga.  Dinamika justru muncul ketika kondisi konstan mulai meresahkan suasana atau kondisi pikir/nalar kita, atau nilai rasa kita, atau simultan kedua-duanya.  Pada satu titik, status-quo akan bergetar, setelah beberapa selang waktu bersemayam kokoh. Bagaimana dinamika bisa hadir dalam suasana tersebut?  Adalah pengaruh yang mengganggu dari munculnya ketidakseimbangan dalam nalar, rasa, dan kondisi suasana yang menyertainya sebagai pemula lahirnya dinamika.



You may also like

No comments: